Randupitu, Minggu (3/4/2022), tradisi membangunkan sahur di Desa Randupitu masih ada.
Ardhan (9) dan ayahnya (33) bangun dini hari untuk menyusuri gang-gang gelap di dusun mereka.
Sambil memegang drum buatan sendiri yang digantung di leher, dengan stik drum di tangan, dia meneriakkan “sahur-sahur”
Mereka berjalan sekitar 1 km dan menjangkau sekitar 100 rumah, kemudian kembali ke rumah setelah setengah jam untuk sahur.
Duo ayah-anak dan beberapa pemuda itu menabuh genderangnya untuk membangunkan sahur warga di lingkungan mereka.
Ada juga yang unik ditahun ini yaitu di beberapa lingkungan membangunkan sahur menggunakan sound kecil yang telah dimodifikasi dengan miniatur truk sehingga mempermudah mereka untuk membawanya. Mereka berkeliling dengan musik yang cukup keras sehingga warga sangat terbantu untuk terbangun dan mempersiapkan sahur di hari pertama ini.
Walau kini jam alarm dan ponsel pintar telah mengambil alih dari sebagian besar kehidupan kita, tradisi seperti membangunkan sahur dengan alat musik tradisional ataupun yang lain sebaiknya tetap dipertahankan dan jangan sampai memudar karena itu merupakan salah satu nilai budaya yang kita punya.
Posting Komentar